Rabu, 01 Februari 2012


>> Lika - Liku kehidupan seorang OPERATOR WARNET <<


Mas, Bu'', Mbak,,om ...tante,,dan semuanya hehehehe

Kalau kalian pergi ke warnet pagi-pagi banget,
ada orang yang matanya terkantuk dan mulai salah memberi uang kembalian anda...
siapa hayo ...? : Dia adalah OPERATOR WARNET
yang jam kerjanya tidak akan terbayangkan olehmu...!!! >_

Dengan gaji pas-pasan bahkan terkadang di bawah pas...hahaha
Namun Operator Warnet tetap setia melayani pelanggan...
dengan ramah-tamah dan senyum yang manis supaya pelanggan tidak kecewa.
Jadi seorang Operator Warnet harus pinter dan cekatan . (tidak berlaku buat saia) ckckkc


Tanpa kalian sadari seorang Operator Warnet itu merangkap beberapa pekerjaan antara lain :



1. Teknisi Komputer (Amatiran )



Misalnya ada komputer yg rusak, siapa yang pertama kali mencoba tuk benerin? 

Coba mencoba, walaupun terkadang malah makin ga beres. ( Malah tambah parah ) hahahahahaha...... yang penting usaha dan usaha .. sebisa mungkin harus bisa. hehehehe

2. User's Trainer / User's Guide / Google, E-mailing, Friendster, Facebook

terkadang ada Client yg OOnnya setengah mati...
sampai-sampai nyalain komputer aja ga bisa...wadoowww,,parah dah

intermezzo
Client      : Masssssssss, ini komputerna koq ga nyala2 sih?
OPerator : Tombol power di CPUna dah dipencet lom mba'?.. ups salah pak hehehe
Client      : Tombol power itu yg mana ya, Mas?
OPerator : :gubrag.........!

Selain itu terkadang mereka meluangkan waktunya
buat ngajarin anak sma-smp OON
yg Pengen ikutan tren pesbuk!
ngajarin mereka yg lom pernah bikin e-mail
bahkan yang belum kenal sama sekali dengan search engine misal Google.

intermezzo
Client       : Massssss, ni internetnya koq ga connect2 ya? coba mas ke sini dah
OPerator  : tuing tuing ???, ga connect gimana maksudna mba'? ngluangin waktunya sebentar
bwat ke bilik klien....
Client       : ini lho Mas ....sambil nunjuk ke layar monitor, dimana ada tampilan Mozilla / Browser yg masih dalam kondisi blank document / alias lom diketik website yg mo dituju]
OPerator : ???, mba' na mo buka apa iq?

Client       : Google... gimana carana sih Mas? dari tadi aq tungguin koq ga buka2...

OPerator : humphht, gini carana ya mba', kalo mo buka Google... mba' na harus ketik Google.com di sini ...sambil nunjukin address bar yg ada di Mozilla / browser lalu tekan enter mba'

Client     : oh gitu ya? pantes dari tadi aq tungguin dari tadi ga muncul2 tampilan Googlenya Mas, btw makasi ya Mas... sambil pasang muka polos
OPerator : sama2 mba'   "sambil nahan tawa dikit" ...hakkhakazzzz


3. Cleaning Service



ini berlaku bagi semua shift!! luar biasa!! begitu dateng maupun sehabis begadang Anda diharuskan membersihkan warnet dari segala macam kotoran!! tidak terkecuali membersihkan kamar mandi!! kadang2 beres2 nyapu ngepel....



4. Ahli Pembukuan

menjadi ahli akuntansi mendadak
ketika mencatat pengeluaran/ pemasukan/ stok/ 

5. Psikiater
Terkadang juga banyak orang curhat ma operator. Untung-untung kalo yg curhat cewe' akep trus sapa tau isa jadi gebetan. Hahahahahaha


6. Gamers



utk membunuh rasa booring

cos kelamaan nongkrong di depan komputer

diperlukan sebuah hiburan yg menarik.....
misal : " main games, canda tawa dichat,dan banyak lainya termasuk lihat *****
hahahhahahhaha

7. Tukang Parkir

Selain ngurusi kasir, operator warnet juga harus nata motor dan jagain..
Tukang pakir yang ganteng hehehehe
supaya Client bermain bisa tenang dan jauh dari curanmor

8. Anger Management / Can Work Underpreasure

tiap ari makan ati melulu kalo ketemu user yang nyolotin,
cerewet paling ribet klo koneksi lagi lelet ato putus misalnya
ditambah ngurusin duit kembalian, nyetingin file yang mau dicetak,yang kurang bener , dan haru perhatikan parkiran aman atau tidak .. huft !!! pusing


9. The Bodyguard / The Guardian / The Satpam

selalu siap sedia korbankan jiwa dan raga wat jagain warnet dari para perusuh, user2 rese', user2 jail yg klepto, preman2 mabuk yg hobi b***ping. he3x.


10. Sekretaris Pribadi User



terkadang ada user yang minta diketikin lah, dibuatin coverlah, dicariin datalah, minta salin data maupun disuruh ngeprint out.



intermezzo
Singkat cerita ada User [Bapak2... masih muda, penampilan perlente kek Eskmud gitu dtg ke warnet naik CRV] yang dah 5 menit lebih di bilik but lom login2, sang OP pun segera bertindak wat ngecek keadaan bilik tsb, dan terjadilah sepenggal percakapan

OPerator   : ada yg bisa dibantu pak, atau kesulitan login?
Client        : oh...nggak koq mas. lagi nunggu.....
OPerator  : nunggu temen pak?"
Client       : nggak. nih nunggu kiriman email temen. dr tadi saya tunggu koq ngak dateng2. katanya sih hrs di warnet terdekat. tp koq

setelah satu jam akhirnya tuh bapak nyerah, trus mo pulang.....

Client       : sdh mas, berapa?
OPerator  : emailnya sdh datang pak?
Client       : belum juga tuh mas. nggak tahu saya.
OPerator  : owh ya sdh. gak usah bayar pak. khan emailnya lom diterima.
sambil nahan ketawa...hihihiihi


Inilah dia sekedar preview pekerjaan Operator Warnet,

ingat jangan anggap remeh pekerjaan mereka..... hakkakakzzz

@_@






















By : [ S*Y ] Kawan -Saiyo ™

Senin, 30 Januari 2012

Peter Firmansyah: Lewat Petersaysdenim Menembus Dunia

Peter Firmansyah: Lewat Petersaysdenim Menembus Dunia

Januari,30.2012
Sewaktu masih duduk di bangku SMA, Peter Firmansyah, pria kelahiran Sumedang 4 Februari 1984, terbiasa mengubek-ubek tumpukan baju di pedagang kaki lima. Kini, ia adalah pemilik usaha yang memproduksi busana yang sudah diekspor ke beberapa negara.
Tak butuh waktu relatif lama. Semua itu mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan, dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.
Sejumlah kelompok musik itu seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan pujiannya dalam situs Petersaysdenim.
Pada situs-situs internet kelompok musik itu, label Petersaysdenim juga tercantum sebagai sponsor. Petersaysdenim pun bersanding dengan merek-merek kelas dunia yang menjadi sponsor, seperti Gibson, Fender, Peavey, dan Macbeth.
Peter memasang harga jins mulai Rp 385.000, topi mulai Rp 200.000, tas mulai Rp 235.000, dan kaus mulai Rp 200.000. Hasrat Peter terhadap busana bermutu tumbuh saat ia masih SMA. Peter yang lalu menjadi pegawai toko pada tahun 2003 kenal dengan banyak konsumennya dari kalangan berada dan sering kumpul-kumpul. Ia kerap melihat teman-temannya mengenakan busana mahal.
”Saya hanya bisa menahan keinginan punya baju bagus. Mereka juga sering ke kelab, mabuk, dan ngebut pakai mobil, tapi saya tidak ikutan. Lagi pula, duit dari mana,” ujarnya.
Peter melihat, mereka tampak bangga, bahkan sombong dengan baju, celana, dan sepatu yang mereka dipakai. Harga celana jins saja, misalnya, bisa Rp 3 juta. ”Perasaan bangga seperti itulah yang ingin saya munculkan kalau konsumen mengenakan busana produk saya,” ujarnya.
Peter kecil akrab dengan kemiskinan. Sewaktu masih kanak-kanak, perusahaan tempat ayahnya bekerja bangkrut sehingga ayahnya harus bekerja serabutan. Peter pun mengalami masa suram. Orangtuanya harus berutang untuk membeli makanan.
Pernah mereka tak mampu membeli beras sehingga keluarga Peter hanya bergantung pada belas kasihan kerabatnya. ”Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Saya masih duduk di bangku SMP Al Ma’soem, Kabupaten Bandung,” kata Peter.
Sewaktu masih SMA, Peter terbiasa pergi ke kawasan perdagangan pakaian di Cibadak, yang oleh warga Bandung di pelesetkan sebagai Cimol alias Cibadak Mall, Bandung. Di kawasan itu dia berupaya mendapatkan produk bermerek, tetapi murah. Cimol saat ini sudah tidak ada lagi. Dulu terkenal sebagai tempat menjajakan busana yang dijual dalam tumpukan.
Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Widyatama, Bandung. Namun, biaya masuk perguruan tinggi dirasakan sangat berat, hingga Rp 5 juta. Uang itu pemberian kakeknya sebelum wafat. Tetapi, tak sampai sebulan Peter memutuskan keluar karena kekurangan biaya. Ia berselisih dengan orangtuanya—perselisihan yang sempat disesali Peter—karena sudah menghabiskan biaya besar.
Ia benar-benar memulai usahanya dari nol. Pendapatan selama menjadi pegawai toko disisihkan untuk mengumpulkan modal. Di sela-sela pekerjaannya, ia juga mengerjakan pesanan membuat busana. Dalam sebulan, Peter rata-rata membuat 100 potong jaket, sweter, atau kaus. Keuntungan yang diperoleh antara Rp 10.000- Rp 20.000 per potong.
”Gaji saya hanya sekitar Rp 1 juta per bulan, tetapi hasil dari pekerjaan sampingan bisa mencapai Rp 2 juta, he-he-he…,” kata Peter. Penghasilan sampingan itu ia dapatkan selama dua tahun waktu menjadi pegawai toko hingga 2005.
Pengalaman pahit juga pernah dialami Peter. Pada tahun 2008, misalnya, ia pernah ditipu temannya sendiri yang menyanggupi mengerjakan pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan, sementara uang muka Rp 7 juta dibawa kabur. Pada 2007, Peter juga mengerjakan pesanan jins senilai Rp 30 juta, tetapi pemesan menolak membayar dengan alasan jins itu tak sesuai keinginannya.
”Akhirnya saya terpaksa nombok. Jins dijual murah daripada tidak jadi apa-apa. Tetapi, saya berusaha untuk tidak patah semangat,” ujarnya.
Belajar menjahit, memotong, dan membuat desain juga dilakukan sendiri. Sewaktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Peter juga sempat belajar menyablon. Ia berprinsip, siapa pun yang tahu cara membuat pakaian bisa dijadikan guru.
”Saya banyak belajar sejak lima tahun lalu saat sering keliling ke toko, pabrik, atau penjahit,” katanya. Ia juga banyak bertanya cara mengirim produk ke luar negeri. Proses ekspor dipelajari sendiri dengan bertanya ke agen-agen pengiriman paket.
Sejak 2007, Peter sudah sanggup membiayai pendidikan tiga adiknya. Seorang di antaranya sudah lulus dari perguruan tinggi dan bekerja. Peter bertekad mendorong dua adiknya yang lain untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana. Ia, bahkan, bisa membelikan mobil untuk orangtuanya dan merenovasi rumah mereka di Jalan Padasuka, Bandung.
”Kerja keras dan doa orangtua, kedua faktor itulah yang mendorong saya bisa sukses. Saya memang ingin membuat senang orangtua,” katanya. Jika dananya sudah mencukupi, ia ingin orangtuanya juga bisa menunaikan ibadah haji.
Meski kuliahnya tak rampung, Peter kini sering mengisi seminar-seminar di kampus. Ia ingin memberikan semangat kepada mereka yang berniat membuka usaha. ”Mau anak kuli, buruh, atau petani, kalau punya keinginan dan bekerja keras, pasti ada jalan seperti saya menjalankan usaha ini,” ujarnya.
Merek Petersaysdenim berasal dari Peter Says Sorry, nama kelompok musik. Posisi Peter dalam kelompok musik itu sebagai vokalis. ”Saya sebenarnya bingung mencari nama. Ya, sudah karena saya menjual produk denim, nama mereknya jadi Petersaysdenim,” ujarnya tertawa.
Peter memanfaatkan fungsi jejaring sosial di internet, seperti Facebook, Twitter, dan surat elektronik untuk promosi dan berkomunikasi dengan pengguna Petersaysdenim. ”Juli nanti saya rencana mau ke Kanada untuk bisnis. Teman-teman musisi di sana mau ketemu,” katanya.
Akan tetapi, ajakan bertemu itu baru dipenuhi jika urusan bisnis selesai. Ajakan itu juga bukan main-main karena Peter diperbolehkan ikut berkeliling tur dengan bus khusus mereka. Personel kelompok musik lainnya menuturkan, jika sempat berkunjung ke Indonesia ia sangat ingin bertemu Peter. Ia melebarkan sayap bisnis untuk memperlihatkan eksistensi Petersaysdenim terhadap konsumen asing.
”Pokoknya, saya mau ’menjajah’ negara-negara lain. Saya ingin tunjukkan bahwa Indonesia, khususnya Bandung, punya produk berkualitas,” ujarnya.

Jangan Di Anggap Punk itu ANARKI